Selasa, 16 Februari 2010

Salah Satu dari Banyak Kisah Pejuang di Dunia




Pagi itu pagi biasa, seperti pagi-pagi yang sebelumnya. Aktivitas kantor pun seperti biasa, banyak nasabah yang menabung, ada juga yang membayar angsurannya, atau sekedar membayar tagihan telpon atau listrik.
Seorang Bapak penarik becak, berkumis tebal, berperawakan sedang-sedang saja, kulitnya agak hitam terbakar terik mentari memasuki ruang kantor tempat ku bekerja. Dengan senyumnya beliau menyapa. Kami pun membalas sapaannya tersebut. Dan kami yang bekerja disini tahu bahwa Bapak ini akan membayar angsurannya.
Pandangan saya tertuju pada beliau. Dengan rona wajah yang cerah Bapak tersebut memberikan kartu angsuran tidak lupa iuran rutinnya yang sudah terselip didalam kartu tersebut. Saya mulai melangkahkan kaki saya untuk menyapa Bapak si tukang becak yang hingga sekarang saya tidak tahu nama beliau. Yah, memang bukan pelayanan konsumen yang baik.
"Sugeng Pak", sapa saya. Bapak tadi hanya membalas ucapan saya dengan senyum bibirnya yang tertutup oleh sedikit kumis tebalnya. Saya memulai pembicaraan, begitulah kejadiannya. kejadian yang sudah agak lama, mungkin dua atau tiga bulan lalu. hingga saya tidak ingat awal dan akhirnya. hingga saya ketahui Bahwa Bapak tukang becak ini, telah memiliki anak yang sukses di bidangnya masing-masing. Sukses melebihi status Bapaknya yang tukang becak. Saya tidak menyebut Bapak tukang becak ini tidak sukses, nyatanya kesuksesan itu beliau miliki sekarang melalui anak-anaknya. Kesuksesan yang diraih dengan kerja keras pantang menyerah untuk hidup lebih baik, lebih bernmanfaat, walaupun melalui kayuhan hari demi hari di atas roda becaknya. Kegigihan yang tidak akan pernah saya mengerti sebagai anak muda.
Satu hal penting yang slalu saya ingat dari perkataan beliau, "saya selalu berpesan kepada anak saya, saat masih anak-anak dan hidup bersama orang tua, kamu harus mau prihatin dalam mencari ilmu. Nanti setelah selesai mencari ilmu kamu harus prihatin untuk mencari tempat dimana kamu mengamalkan ilmumu. Dan nanti setelah mendapatkan tempat yang sesuai, kamu harus prihatin dalam membagi waktumu dengan keluargamu. Hidup harus mau prihatin."

HEBAT.... Allahu Akbar.... (by. M.A.P)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar