Kamis, 04 Maret 2010

Menulis, bagian pertama.



Mawar harum, gemerlap bintang-bintang
Assalamua'alaikum, saya datang

Bintang kejora, bulan nan indah disana
Hai apa kabar semua, saya menyapa

Saya memang sedang mencoba suasana yang baru. Mencoba mengawali tulisan saya dengan pantun. Tampaknya menarik kalau saya coba. Entah dengan anda, yang sempat membaca tulisan ini, tapi bagi saya hal ini menimbulkan rasa yang berbeda. Yah, menimbulkan gairah baru untuk menulis di blog saya ini paling tidak. Dan seingat saya, dari acara yang pernah saya tonton, untuk acara apa dan kapan, siapa narasumbernya saya lupa, ternyata budaya bercakap yang diawali dengan pantun merupakan budaya yang hilang di Indonesia.
Tapi bukan masalah pantun yang akan saya bahas dalam tulisan ini. Yang ingin saya bahas dalam tulisan ini adalah tentang menulis. Bagi saya pribadi, setelah mencoba aktif menulis di blog, begitu saya menyelesaikan tulisan saya, ada rasa kepuasan tersendiri. Mungkin bagi anda yang pernah mencoba permainan atau apapun yang memacu adrenalin, kurang lebih seperti itulah yang saya rasa. Seperti bermain roller coster pada kali pertama, maka ada rasa tegang, penasaran, berdebar-debar, dan begitu selesai dengan permainan itu maka kita ingin mengulangnya terus dan terus. Atau mencoba terjun ke sungai dari tebing setinggi empat meter, dan ini adalah pengalaman anda yang pertama, maka saat anda berani melakukannya, anda akan mencobanya lagi berulang-ulang.
Menulis sebenarnya bukan hal baru bagi saya. Dan saya yakin juga bagi anda. kita sudah dilatih mengarang sejak duduk di sekolah dasar. Semakin dengan berkembangnya zaman maka kita tidak bisa lepas dari yang namanya sms, menulis status di facebook, ataupun twitter, ini berarti menulis bukan hal baru bagi kita.
Qomarudin Hidayat, dalam bukunya Memaknai Jejak-jejak Kehidupan menuliskan, kurang lebih demikian, bahwa kita bangsa Indonesia terlalu biasa dengan budaya melihat dan mendengar, bukan dengan budaya tulis dan baca. Sehingga infotainment menjadi lebih menarik. Acara-acara televisi seperti sinetron, atau film televisi, yang cerita dan alurnya hampir semuanya mirip namun hanya dikemas dengan setting dan tokoh yang berbeda tetap digemari.
Budaya baca menjadi berkurang karena kita lebih suka di depan televisi. membaca saja tidak apalagi menulis. Padahal menulis adalah budaya orang-orang besar. Seseorang ingin menjadi sarjana dia harus menulis. Apalagi ingin menjadi Profesor ataupun Doktor, semuanya harus dengan menulis.

Fulan mencoba, tiada salahnya
sampai jumpa, ini bukan akhirnya

Pedagang ambil untung, biar laba
tulisan ini masih bersambung, Wassalamualaikum sampai jumpa.