Senin, 22 Februari 2010

Hutang, Oh Hutang


Hutang, oh hutang. Manusia memang tidak pernah terlepas dari hutang. Mungkin memang suatu fitrah dari Tuhan semesta alam. Tulisan ini terlepas dari hutang pribadi penulis. Tapi jika memang ingin membahas masalah hutang saya, sangat tidak menarik pastinya. karena memang tidak seberapa.
Tapi lain ceritanya dengan hutang seorang nasabah bmt tempat saya bekerja. Hebat, Rp.700.000,- di PKK tempat Ibu ini tinggal, Rp.300.000,- di koperasi, kewajiban angsuran di bmt saya masih tersisa Rp.350.000,- dan masih ditambah hutang kepada "bank plecit" yang harus dibayar perhari yang cicilannya mulai dari hari senin sampai sabtu tanpa jeda. Wah, benar-benar hebat. Mungkin perkiraan saya Ibu ini memiliki hutang sebesar Rp.1.500.000,- bisa lebih karena ditambah bunga dan mungkin denda keterlambatan (kecuali BMT saya, tanpa denda tunggakan), dengan kondisi pekerjaan suami yang buruh. dan Ibu ini sendiri juga tidak memiliki usaha sampingan, karena saya mendapat informasi dia baru saja pulang dari Jakarta untuk bekerja sebagai pembantu kurang lebih seminggu yang lalu. Ibu ini bernama Sian (nama samaran). Saya mendapat semua informasi ini dari Ibunya yang membuka warung makan, kita sebut saja Ibu Rus. Dan ingat yang kita bahas adalah hutang. Mungkin kurang lebih hutang dan manusia. Yah, itulah maksudnya, silahkan anda apresiasi sesuai dengan ekspresi masing-masing.
Mentalitas orang miskin itu (walaupun mungkin kenyataannya dia berduit), adalah spend. Dia gunakan uangnya yang mungkin dari hasil hutang untuk keperluannya sehari-hari. Tanpa menghitung-hitung dan menimbang tentang kewajibannya. Maksud kewajiban disini bila uang itu memang hasil hutang tentu harus mengembalikan, dan tentu saja kewajiban sosial yang memang harus dipenuhi oleh setiap orang.
Lain dengan mental orang kaya. Mental orang kaya itu Invest. Dia gunakan income-nya untuk membeli assets yang kemudian dijadikan income kembali begitu seterusnya, kemudian baru dia bagi-bagi lagi untuk keperluan selanjutnya.
....

Tentang Mentalitas orang miskin dan kaya, saya mendapatkannya di acara seminar semalam. Sungguh hari yang luar biasa, hingga saya benar-benar merasa yakin bahwa hutang adalah fitrah hidup. Tapi juga membuat saya semakin mengerti ini adalah kewajiban yang harus diatur. Jika hutang tidak diatur maka dia akan melilit seperti anaconda, yang akan meremukkan tulang kita perlahan-lahan, dan setelahnya menelan kita bulat-bulat. karena jika kita pintar maka hutang dapat menjadi jalan yang baik.
Seperti cerita dari narasumber seminar semalam, Bapak Heppy Trenggono. Pengusaha yang sangat luar biasa yang dengan melihat beliau saya sangat berharap semoga samakin banyak Pengusaha seperti beliau di dunia ini. Tentang masalah hutang dia tidak kalah jago, 62 milyar rupiah (jika saya tulis dengan "Rp", dan angka nol, saya takut keliru menuliskannya) hutang yang harus beliau bayar pada saat itu. Ini tidak lagi mengenai hal hebat seperti cerita Ibu Rus tentang anaknya Ibu Sian untuk cerita bertemakan hutang. Ini cerita yang sangat luar biasa tentang hutang. Gelang-geleng kepala saja tidak cukup untuk hal satu ini. Seperti saya katakan sebelumnya, hutang ini butuh pengaturan. Dan pengaturan ini yang Bapak Heppy lakukan sehingga beliau menjadi pengusaha sukses tanpa hutang. Yah, bukannya tidak hutang, beliau pun bercerita kini masih memiliki hutang namun bukan menjadi masalah yang melilit lagi bagi beliau seperti lilitan anaconda istilah saya.
Hutang oh Hutang. Jika hutang bagaikan anaconda, maka ditangan produser hollywood ular yang satu ini pun menghasilkan lebih banyak keuntungan. (by. M.A.P)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar